PANDEGLANG – Fakultas Kedokteran Universitas Yasri akan melakukan pendampingan di Kabupaten Pandeglang dalam rangka penurunan angka stunting. Universitas ini merupakan satu dari sepuluh universitas yang ditunjuk Kementerian Kesehatan untuk menekan angka stunting di Indonesia.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Yasri, Dr Rika Yuliwulandari mengatakan, ada 10 desa yang akan didampingi dan tersebar di 6 Kecamatan salah satunya Kecamatan Koroncong.
“Di Kecamatan Koroncong ada empat desa yang kami dampingi. Kemarin sudah bertemu dengan ibu Camat, dan sudah kami kunjungi desa yang akan didampingi, kami yakin proses pendampingan kami bisa menurunkan angka stanting,”ungkap Rika saat bertemu Bupati Pandeglang di Pendopo, Selasa (09/97).
Menurutnya, ada beberapa tahapan yang akan dilakukan untuk pendampingan di Kabupaten Pandeglang. Kata dia, yang akan dilakukan adalah menyamakan persepsi, workshop stunting, MOU dengan Kabupaten Pandeglang, dan lokakarya yang melibatkan semua OPD serta tokoh masyarakat.
“Kami akan lakukan dalam bulan ini. Kami harap ibu Bupati, Dinkes , Pertanian, DP2KBP3A, Dispar, bahkan KUA pun bisa berpartisipasi,” jelasnya.
Bupati Pandeglang Irna Narulita mengatakan, dirinya sangat mendukung program tersebut, sebab kata dia, dengan pendampingan akan memberikan femahaman kepada masyarakat cara pola hidup sehat setiap hari.
“Stunting dapat dipengaruhi beberapa faktor dari mulai asupan gizi dan pola hidup sehat, kami harap semua ikut berperan serta dalam menurunkan angka stunting di Kabupaten Pandeglang,” terangnya.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang, Raden Dewi Setiani mengatakan, dari 326 Desa kurang lebih baru 19 Desa yang bebas dari buang air sembarangan.
“Pencemaran lingkungan juga bisa menjadi faktor memingkatnya angka stunting, air yang masyarakat gunakan sudah terkontaminasi oleh kotoran. Oleh sebab itu saat ini kami terus dibantu beberapa OPD dalam pengadaan air bersih, karena masalah stunting menyangkut semua pihak tidak hanya Dinas Kesehatan,” katanya.
Lebih lanjut Dewi mengatakan, upaya lainnya yang dilakukan oleh pihak Dinkes adalah pemantauan dari mulai remaja putri, karena banyak sekali terjadi pernikahan kurang dari usia 19 tahun.
” Calon ibu kecil ini sangat rentan, karena kurang memenuhi sarat dan harus dibimbing, baik pola asuh, bahkan hingga pola makan kepada anak,” ujarnya
“Akhirnya kita melakukan program pemberian tablet tambah darah kepasa remaja putri dari SMP hingga SMA setiap hari selasa, karena zat gizi itu dibawa oleh sel darah merah yang ada dalam tubuh. Jadi kalau menderita anemia tidak akan maksimal zat gizi dalam tubuhnya,”bebernya. (dni/yaris)