Foto : Rakernas Mathla’ul Anwar 2019 Di Menes, Pandeglang
PANDEGLANG – Mathla’ul Anwar yang disebut-sebut sebagai Ormas Islam terbesar ketiga di Indonesia setelah Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, dalam usianya yang sudah mencapai lebih dari satu abad (100 tahun) terus berupaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui kegiatan pendidikan, dakwah dan sosial.
“Mathla’ul Anwar konsisten, tak surut oleh waktu dan tak lekang oleh zaman dalam memberikan pencerahan, pencerdasan, pembinaan, dan pembimbingan ummat ke arah kehidupan yang lebih baik,” kata Sekretaris Steering Committee (Panitia Acara) Rakernas Mathla’ul Anwar 2019, Mohammad Zen di Menes, Pandeglang, Sabtu (31/8.
Mohammad Zen mengemukakan keterangan tersebut kepada wartawan usai pembukaan Rakernas Mathla’ul Anwar yang mengambil tema “Teguh menjadi penerang ummat”. “Teguh” artinya terus konsisten dan kuat, sedangkan “penerang” adalah menjadi sumber pengetahuan dan pembelajaran.
Berdasar pada tema tersebut, pengurus di setiap level wajib meningkatkan peranannya dalam membina madrasah, sehingga setiap madrasah Mathla’ul Anwar menjadi pilihan masyarakat dalam mendidik anak-anaknya.
Menurut Mohammad Zen, dipilihnya Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten sebagai tempat digelarnya Rakernas dari 31 Agustus hingga 1 September 2019 adalah untuk menggelorakan kembali “New energy of Mathla’ul Anwar” karena Menes menjadi titik sentral berdirinya Ormas Islam tersebut.
Kini Mathla’ul Anwar telah memiliki pengurus wilayah di 30 provinsi, 63 perguruan dan ribuan madrasah yang tersebar di seluruh Indonesia, bahkan telah memiliki perguruan tinggi, yakni Universitas Mathla’ul Anwar (UNMA). UNMA saat ini merupakan perguruan tinggi swasta terkemuka di Provinsi Banten.
Ormas Islam itu didirikan di Menes pada 9 Agustus 1916 oleh Kyai Tb Moh Soleh, Kyai Entol Moh Yasin, KH Mas Abdurrahaman beserta para Kyai lokal dan tokoh masyarakat lainnya asal Menes.
Mathlaul Anwar adalah organisasi kemasyarakatan yang independen, bergerak dalam bidang pendidikan, dakwah, dan sosial yang berasaskan Islam, berpedoman Ahlussunnah wal-jama’ah dan berfalsafahkan Pancasila.
Mohammad Zen lebih lanjut menjelaskan, Rakernas 2019 itu dihadiri oleh 273 peserta yang terdiri dari perwakilan Majelis Amanah, Majelis Fatwa, Dewan Pembina, Pengurus Besar, Pengurus Wilayah, Pengurus Daerah, dan Perguruan.
Selain itu hadir juga Badan Otonom yang ada dibawah naungan Mathla’ul Anwar, yakni DPP Generasi Muda Mathla’ul Anwar (Gema MA), DPP Himpunan Mahasiswa Mathla’ul Anwar (HIMMA), DPP Ikatan Pelajar Mathla’ul Anwar (IPMA), dan DPP Muslimat Mathla’ul Anwar (Musma).
Kegiatan Rakernas ini menitikberatkan pada pembahasan pedoman penyelenggaraan pendidikan serta penguatan peran pengurus dalam membina madrasah Mathla’ul Anwar pada setiap Wilayah atau Provinsi, sehingga Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah dapat meningkatkan komitmennya dalam membina setiap madrasah yang ada di wilayahnya masing-masing.
Rakernas Mathla’ul Anwar 2019 itu sendiri dibuka oleh Sekda Provinsi Banten Al Muktabar serta dihadiri Ketua Umum Pengurus Besar Mathla’ul Anwar KH Ahmad Sadeli Karim, Sekjen Oke Setiadi, dan Ketua Majelis Amanah Mathla’ul Anwar KH Irsyad Djuwaeli serta segenap pengurus Ormas tersebut, baik pengurus pusat maupun wilayah.
Menurut Al Muktabar, Pemerintah Provinsi Banten mendukung penuh perjuangan Mathla’ul Anwar yang konsisten di jalur pendidikan dalam upaya mencerdaskan anak bangsa.
“Arus modernitas membawa tuntutan agar manusia dapat mengimbangi kecepatan perkembangan teknologi. Di satu sisi teknologi berdampak positif, dan disisi lain membawa dampak negatif,” sambungnya.
Dalam kaitan ini, lanjutnya, peranan Mathla’ul Anwar yang mengelola ribuan lembaga pendidikan dan sudah berdiri jauh sebelum kemerdekaan sangat vital dalam penanaman sistem nilai dan moralitas yang baik sebagai pusat peradaban dan untuk menyikapi perkembangan teknologi yang berdampak negatif.
Pada Rakernas 2019 ini juga diadakan Diskusi Panel “Sinergitas Ormas Islam dan Pemerintah dalam Membangun Peradaban Bangsa” dengan panelis Dirjen Bimas Islam Prof. Muhammadiyah Amin dan Dirjen Bangda Kemendagri Dr. Ir. H.M. Hudori, M.Si. (bud/yaris)