Petani Lebak saat memanen Padi di sawah
Penulis :Arya |Editor :Budy
JUARAMEDIA.COM LEBAK – Petani Kabupaten Lebak, Banten, mulai memasuki musim panen padi di atas lahan seluas 7.000 hektare dari angka tanam Desember 2019.
“Kami berharap pada musim panen padi itu persedian pangan melimpah,” kata Kepala Bidang Produksi Pangan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Iman Nurzaman di Lebak saat menghadiri panen di Kecamatan Kalanganyar Kabupaten Lebak, Selasa (10/03/2020).
Panen padi itu hampir di 28 kecamatan, termasuk wilayah Lebak bagian selatan meliputi Kecamatan Malingping, Wanasalam, Cihara, Panggarangan, dan Bayah.
Menurut dia, kebanyakan petani di sini menggunakan benih bersertifikat unggul dengan rata-rata 110 hari setelah tanam (HST).
Ia memperkirakan panen padi pada bulan Maret 2020 cukup berhasil karena relatif kecil serangan hama maupun penyakit tanaman.
“Kami minta petani setelah panen padi segera mempercepatan tanam sehubungan curah hujan tinggi,” katanya.
Pemerintah daerah, kata dia, terus mengoptimalkan penyaluran bantuan sarana produksi, di antaranya benih unggul, pupuk, pestisida, dan perbaikan irigasi.
Selain itu, juga bantuan alat-alat pertanian (alsintan), di antaranya traktor dan alat pengering dan pompa untuk memasok kebutuhan pasokan air.
Bahkan, pihaknya juga melakukan perbaikan areal persawahan yang rusak akibat diterjang banjir bandang dan longsor.
Selama ini, Kabupaten Lebak masih dijadikan andalan penyumbang pangan cukup besar di Provinsi Banten.
“Kami terus meningkatkan produksi dan produktivitas pangan dengan penerapan rekayasa teknologi dan peningkatan sumber daya manusia (SDM) guna mewujudkan ketahanan pangan nasional,” katanya.
Ketua Kelompok Tani (Koptan) Desa Kalanganyar Kecamatan Kalanganyar Kabupaten Lebak Toto (55) mengatakan bahwa panen padi pada bulan Maret 2020 relatif bagus karena tidak ada serangan hama maupun penyakit tanaman.
Ia menyebutkan hasil panen bisa mencapai 78 ton/hektare GKP. Dengan demikian, petani bisa mengeruk keuntungan sekitar Rp35 juta jika harga gabah Rp5.000/kg GKP.
“Panen padi di sini seluas 250 hektare dengan 100 anggota petani,” katanya menjelaskan.
Sekitar 80 persen panen padi itu, kata dia, dikelola oleh kelompok, kemudian hasilnya diberikan kepada anggotanya.
Ia menjelaskan bahwa pengelolaan usaha pertanian tersebut dengan sistem perkoperasian sehingga menguntungkan para anggotanya.
“Semua aggota petani di sini diberikan modal melalui kelompok itu,” katanya menjelaskan.
Sementara itu, Sarmani (60), petani di Blok Cirende Kalanganyar, bersama petani lainnya sangat bersyukur karena memanen padi tanpa ada serangan hama.
“Kami yakin panen padi kali ini petani bisa meraup keuntungan sekitar Rp.35 juta/hektare jika harga Rp4.500,00/kg GKP,” katanya.