Santri Mulia Hati Insani saat melakukan kegiatan menanam Tanaman Apotik Hidup
Penulis :Arya |Editor :Budy
JUARAMEDIA.COM LEBAK – Santriawan-santriawati Mulia Hati Insani (MHI) yang menimba ilmu agama maupun menimba ilmu umum di Sekolah SMP/SMK MHI Warunggunung sekolah yang didirikan Bapak H. Mulyadi Jayabaya.
“Yang mondok di pesantren Nurul Yatama disini khusus Anak yatim, piatu, dhuafa atau siswa yang mau menimba ilmu agama,” kata Acep Mukti, Kepala SMP/SMK MHI Warunggunung Kabupaten Lebak, Senin (30/03/2020).
Kata dia, Santri diajarkan tentang cinta lingkungan, semua dilakukan dengan tindakan nyata.
“Sehingga sekolah/ponpes mengajak siswa melakukan hal-hal nyata terkait cinta lingkungan atau bersahabatan dengan alam,” ujarnya.
Menurutnya, Santri atau siswa tidak cukup hanya diberi pengetahuan melestarikan alam atau mengerti tindakan-tindakan merusak lingkungan. Seperti sebatas tahu tidak membuang sampah sembarangan, tidak membuang limbah beracun di sungai, mencegah ilegal logging.
“Namun perlu dilatih melakukan tindakan nyata, baik secara individu maupun secara bersama-sama. Meskipun tindakan itu dinilai kecil, namun dari situlah akan tertanam keinginan bersahabat dengan alam dan melestarikan alam,” jelas Acep.
Dikatakan Acep, salah satu tindakan nyata yang dapat dilakukan bersama-sama adalah dengan menciptakan apotek hidup di sekolah dan lingkungan pondok pesantren.
“Para santri menanam jahe, laja, kunir, cecendet, sereh tanaman pelengkap lain tomat, cabe dan kolam ikan sebagai lauk pauknya. Memanfaatkan lahan sekitar sekolah,ponpes ditanam oleh santri hasilnya untuk santri,” terangnya.
Dijelaskan Acep, membuat apotek hidup tidak mengharuskan dengan menyediakan lahan yang luas, namun cukup dengan lahan yang ada di lingkungan sekolah dan pondok pesantren kebetulan Lahan sekolah dan ponpes cukup luas.
Pimpinan Ponpes, sambung Acep, bisa memilih lokasi yang cocok untuk diubah menjadi apotek hidup.lahan yang luas, bisa dibuat gugula tanah sebagai tempat media tanam.
“Pembuatan apotek hidup lebih baik melibatkan siswa atau santri sehingga kita sekaligus mengajarkan kerjasama antarsiswa dalam menciptakan sesuatu yang akan menjadi milik bersama,” imbuhnya.
Pimpinan pondok juga mengarahkan agar apotek hidup nantinya lebih baik, dari segi jenis tanaman maupun dari segi artistik, sebagai bagian dari taman sekolah atau pondok.
“Untuk perawatan apotek hidup, diserahkan kepada siswa/santri agar mereka melakukan perawatan secara bergilir dipimpin oleh lurah kobong.dan lurah kobong yang mentukan jadwal perawatan apotek hidup,” pungkas Acep.