Terkait Keberatan Iuran, Sekretaris PGRI Nilai Guru Yang Protes Tidak Bersyukur

Sekretaris organisasi PGRI) Kabupaten Lebak, Abdul Waseh 

 

Reporter/Editor:Ebin/Jay/Yaris 

JUARAMEDIA.COM LEBAK – Sekretaris organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Lebak, Abdul Waseh menyayangkan sikap beberapa guru yang tidak bersyukur atas kesejahtraan yang dirasakan. Padahal, perjuangan menuju sejahtera itu oleh PGRI.

“Hanya kadang ada beberapa guru yang tidak bersyukur atas kesejahteraan yang mereka rasakan, padahal perjuangan itu oleh PGRI,” Ujar Waseh saat dihubungi melalui sambungan aplikasi Whatsappnya, Rabu (29/4).

Dijelaskan Waseh, mengenai sumbangan partisipasi pembangunan gedung PGRI di Kecamatan Leuwidamar, tentu jika sudah memenuhi Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga atau yang biasa disebut AD/ART, no problem (tidak masalah – red).

“Itu sudah dimuatkan, dan kalau memenuhi AD/ART PGRI no problem. Kemudian, untuk iuran dalam PGRI syah bila tidak menyalahi dan sesuai menurut AD/ART dan kebutuhan,” singkatnya.

Sebelumnya diberitakan, menanggapi dugaan iuran partisipasi yang ditetapkan oleh para pengurus, salah satu aktivis di Kabupaten Lebak Dedi Hakeki mengkritisi kegiatan rencana pembangunan gedung organisasi PGRI di tengah pandemi covid 19 di Kecamatan Leuwidamar yang ditargetkan 5 tahun kedepan rampung. Sebab, pihaknya menilai rentan akan penyerapan anggarannya. Karena, hal tersebut diduga tidak sesuai dengan kondisi kesetaraan bangunan di lingkungan sekolah setempat.

“Mengapa pembangunan gedung PGRI dibangun megah. Sedangkan, kondisi di sekolah yang berada di lingkungan setempat masih banyaknnya kekurangan,” kata mantan aktivis Kabupaten Lebak, Dedi Hakeki di Rangkasbitung, Selasa (28/4/2020) lalu.

Di sisi lain, salah satu anggota PGRI yang merupakan guru pendidik berstatus PNS menyebutkan jika iuran atau dana partisipasi untuk pembangunan gedung organisasi PGRI di Kecamatan Leuwidamar yang ditargetkan selama lima tahun kedepan rampung, dinilai memberatkan. Sebab, pembiayaannya ditangguhkan sepenuhnya kepada anggota. Kemudian, hitungan nilai sumbangannya diduga sudah ditetapkan oleh pengurus kegiatan.

“Sebelumnya kami mengapresiasi gagasan pembina PGRI atau PLT Kepala UPT Pendidikan Kecamatan Leuwidamar untuk membangun rumah PGRI disini. Namun, di tengah pandemi covid-19, sumbangan tersebut tetap berjalan,” kata salah seorang tenaga pendidik yang namanya enggan disebutkan, Minggu (26/4) lalu, di Rangkasbitung.

Sementara Pelaksana Tugas (PLT) Kepala Unit Pelaksana Tekhnis (UPT) Pendidikan, Herman mengklaim jika pihaknya membantah telah melakukan permintaan dana partisipasi yang nilainya ditentukan.

“Kami sudah melakukan rapat yang diwakili oleh setiap koordinator sekolah dan mereka sudah menyetujui untuk penyerapan anggaran partisipasi atau sumbangan ditargetken sebesar Rp 200 juta selama satu tahun,” kata Herman.

Menurutnya, nilai sumbangan tidak dipukul rata. Namun, hanya diminta dari honor kegiatan yang sumber anggarannya dari dana BOS untuk satu orang anggota. Kemudian, bagi anggota yang honor dikembalikan sesuai kemampuan.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *