Caption : Sopiah (Pasien) warga asal Kampung Cibangkur, Desa Sukadaya, Kecamatan Cikulur tengah dibawa menggunakan kendaraan pribadi ketua RW 01 menuju rumah sakit rujukan, yakni RSUD Adjidarmo Rangkasbitung.
LEBAK, JUARAMEDIA.COM – Implementasi layanan operasional mobil ambulance di Puskesmas Cikulur, diduga tidak sesuai harapan. Hal tersebut diungkapkan oleh Soleh salah satu keluarga pasien yang tengah membutuhkan kendaraan ambulance untuk menuju rumah sakit rujukan. Ironisnya, bukannya mendapatkan pelayanan. Namun, pihak puskesmas setempat menurunkan pasien di tengah perjalanan dan menyarankan agar pasien dibawa dengan menggunakan jasa angkutan umum atau angkot.
“Awalnya saya bersama istri (Sopiah) dari rumah menggunakan kendaraan roda dua, yakni motor untuk menuju puskesmas dan meminta pertolongan medis. Kemudian, setelah dilakukan pemeriksaan oleh petugas, jika pasien harus secepatnya di rujuk ke RSUD,” kata Soleh warga asal Kampung Cibangkur, Desa Sukadaya, Kecamatan Cikulur saat ditemui di halaman RSUD Adjidarmo Rangkasbitung, Selasa (13/10/2020).
Dijelaskan Soleh, setelah mendapatkan rujukan ke RSUD Adjidarmo dari salah satu dokter yang memeriksa istrinya. Kemudian, pihaknya meminta pertolongan agar ia bersama pasien diantarkan ke Rangkasbitung dengan menggunakan kendaraan operasional, seperti ambulance.
“Pada saat itu kami dipersilahkan menggunakan kendaraan mobil ambulance untuk menuju rumah sakit rujukan beserta petugas drivernya. Namun, di tengah perjalanan. Kita disarankan oleh sopirnya untuk turun dari mobil ambulan dan diminta agar menggunakan jasa angkutan umum,” ujarnya.
Mengenai penyebab diturunkannya dari ambulance menurut Soleh, karena sopir beralasan jika kendaraan ambulance tidak bisa masuk dan berhenti di halaman rumah sakit rujukan. Terlebih, persyaratan administrasinya terlalu banyak.
“Alasannya tidak bisa di parkir di pekarangan RS rujukan dan syarat administrasinya banyak,” ungkapnya.
Ditambahkan Soleh, karena pihaknya harus segera membawa istri ke RS rujukan dan sulit mencari kendaraan angkot. Sehingga, ia meminta pertolongan kepada Ketua RW setempat dan Pak RW mau mengantarkannya. Meski, harus menunggu selama 30 menit.
“Jujur jadi rakyat biasa sulit mendapatkan pelayanan dari pemerintah. Khususnya, kendaraan ambulance di Puskesmas Cikulur,” tegasnya.
Di tempat berbeda, Kepala Puskesmas Cikulur, Juanda mengaku jika pihaknya belum mengetahui persoalan ini. Sebab, ia masih menghadiri kegiatan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di polsek setempat.
“Saya akan koordinasi dulu dengan petugas yang di Puskesmas Cikulur,” singkat Juanda di ujung selulernya.
Terpisah, Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan (SDK) Farmasi dan Pom pada Dinas Kesehatan Lebak, dr Budi Mulyanto mengatakan jika pasien sebelumnya telah meminta rujukan ke RS. Kemudian, pihak puskesmas menawarkan pasien, mau dibawa menggunakan kendaraan ambulance setempat atau pribadi.
“Pasien berbicara akan menggunakan kendaraan pribadi. Karena, kendaraan yang disewanya belum datang. Akhirnya, petugas puskemas mengantarkan pasien ke kediamannya terlebih dahulu,” jelasnya.
Tidak lama kemudian, kata Budi kendaraan yang disewa pasien, seperti mobil angkot kebetulan lewat dan berhenti di rumah pasien.
“Boleh ditanyakan langsung kepada sopir angkot yang disewanya,” singkat Budi di ujung selulernya. (jay).