LEBAK, JUARAMEDIA.COM – Komoditi gula aren kini menjadi produk unggulan masyarakat pedesaan di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Produksi gula aren juga di tengah pandemi hingga kini tetap berkembang, bahkan mampu ekspor ke Korea Selatan.
Sentra-sentra produksi gula aren di Kabupaten Lebak tersebar di sejumlah kecamatan di antaranya Sobang, Cigemblong, Muncang, Cijaku, Malingping, Cihara, Cilograng, Bayah dan Panggarangan.
Berkembangnya sentra kerajinan gula aren di daerah itu, karena terdapat perkebunan pohon aren yang tumbuh di lahan- lahan perbukitan dan pegunungan dengan ketinggian di atas 500 meter di permukaan laut.
Mereka petani mengembangkan budidaya perkebunan aren itu hingga menghasilkan produksi tujuh tahun dapat mengeluarkan cairan nira sebagai bahan baku gula.
Para perajin itu memproduksi gula aren dalam bentuk cetak dan bentuk bubuk yang disebut gula semut.
“Kami terus meningkatkan mutu dan kualitas,” kata Kepala Seksi Sarana dan Pemberdayaan Industri Kecil Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Lebak Sutisna, Selasa (19/10/2021).
Produksi gula aren di Kabupaten Lebak kini masuk terbesar di Tanah Air dengan mencapai 360 ton per bulan atau rata-rata 12 ton per hari dari 6000 unit usaha.
Mereka pelaku usaha gula aren jika dua orang per unit usaha sehingga sebanyak 12.000 perajin.
Perguliran ekonomi gula aren cukup besar hingga mencapai Rp 96 miliar lebih per tahun dari 6000 unit usaha dan menyerap tenaga kerja hingga ribuan orang.
“Saya kira Lebak hingga kini sebagai penghasil gula aren terbesar di dunia dan mengalahkan Thailand, Malaysia dan Vietnam,” ujarnya.
Pemerintah daerah mendorong produksi gula aren berkembang di Kabupaten Lebak sehingga mampu mengatasi kemiskinan ekstrem.
Pertumbuhan ekonomi masyarakat pedesaan melalui usaha kerajinan gula aren dapat meningkatkan kesejahteraan.
Kelebihan gula aren di sini, selain rasanya manis, beraroma juga tahan lama serta kadar gulanya relatif kecil sehingga cocok bagi penderita diabetes.
Permintaan gula aren untuk pasar domestik dan mancanegara hingga kini cenderung tinggi karena masuk kategori makanan organik tanpa menggunakan zat kimia.
Selain itu juga gula arena Lebak memiliki sertifikat internasional sehingga menembus pasar dunia.
Mereka para konsumen produksi gula aren selain digunakan untuk pencampur makanan pemanis juga bisa menyembuhkan beberapa jenis penyakit.
Bahkan, produk gula aren Kabupaten Lebak menjadikan percontohan di Tanah Air dan menjadikan studi banding.
“Kami yakin perajin gula aren di Lebak menjadikan andalan ekonomi masyarakat, juga menyerap lapangan pekerjaan,” imbuhnya.
Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Mitra Mandala Kecamatan Sobang Kabupaten Lebak Anwar Aan mengatakan saat ini permintaan gula semut ke Korea Selatan mulai menggeliat setelah Presiden Jokowi meluncurkan ekspor produksi pertanian dan perkebunan pada Agustus 2021 lalu.
Permintaan ekspor meningkat dari sebelumnya ekspor ke Korea Selatan sebanyak satu ton kini menjadi dua ton.
Produksi gula semut yang dirintis tahun 1999, kata dia, mampu ekspor ke Eropa, Jepang, Amerika Serikat dan Singapura.
Bahkan, sebelum pandemi mampu mengekspor gula semut ke Australia antara 20-30 ton/ bulan.
Permintaan gula semut di negara Kanguru itu cukup tinggi untuk memenuhi permintaan hotel, super market juga produksi aneka makanan di negara itu.
Tingginya permintaan pasar ekpsor itu setelah mengikuti pameran produk gula semut Lebak di sejumlah negara Eropa, Australia hingga Asean melalui sponsor perusahaan eksportir dari Jakarta.
“Kami merasa bangga komoditas lokal itu mampu menembus pasar ekspor,” terangnya.
Awa (45) seorang pemilik Toko Najwa yang menjual produk aneka makanan tradisional mengatakan sejak sebulan terakhir ini cenderung permintaan gula semut meningkat dari 30 kilogram kini menjadi 100 kilogram per hari.
“Jika terjual 100 kilogram dengan harga Rp40 ribu/ kilogram maka bisa menghasilkan omzet pendapatan Rp4 juta/ hari,” katanya. (Arya)