SMPN 1 Rangkasbitung Gelar Ujian Sekolah Berbasis Digital , Pertama Gunakan Aplikasi Google Chrome

Caption : H Sudirman Kepsek SMPN 1 Rangkasbitung

JUARAMEDIA,LEBAK – SMPN1 Rangkasbitung selesai melaksanakan ujian sekolah kelas lX,dalam ujian sekarang ini berbeda dari biasanya, kali ini para siswa mengerjakan soal-soal berbasis digital dengan menggunakan ponsel android hal ini merupakan yang pertama dilakukan di SMPN 1 Rangkasbitung.

Kepala sekolah SMPN 1 Rangkasbitung H. Sudirman M.Pd mengungkapkan, para siswa di bekali dengan panduan sebelum melaksanakan ujian, mereka perlu masuk ke dalam aplikasi, yang dapat diunduh melalui playstore maupu website yang sudah disediakan oleh pihak sekolah.

“Kami ingin membiasakan para murid memanfaatkan ponselnya untuk keperluan pendidikan. Kedepannya tak hanya ujian harian dan ujian akhir semesterpun akan kami upayakan berbasis digital,” Ujar H Sudirman Kepsek SMPN1 Rangkasbitung ketika di temui juaramedia d ruang kerja, Kamis (14/04/22).

Sementara itu Ketua panitia ujian sekolah Tita Tresnawati menegaskan, sekarang ujian sekolah harus sekolah walau pun ada susulan tapi tidak begitu banyak yang ikut susulan, itu pun karena sakit, apalagi di bulan ramadan banyak yang kesiangan.

Dari aiti sediri sebagian besar para siswa sudah mempunyai ponsel, jadi walau pun ada kendala kita alihkan ke leb, kita sediaka leb ada tiga, jadi yang tidak mempunyai ponsel silahkan belajar di lab.

“Mata pelajarannya dalam ujian sekolah ini ada sebelas mata pelajaran di antaranya,PAI,Bahasa Indonesia,PPN,Matematik,IPS,IPA,Prakarya,Mulog,Bahasa Inggris, dan Seni budaya.Peserta ujian kelas lX sebanyak 396 siswa.”

“Saya berharap murid-murid bisa mengaplikasikan apa yang sudah didapatkan dari SMP, nanti jenjang ke SMA selanjutnya mereka bisa melamjutkan apa yang sidah di pelajari waktu di SMP,insaallah mudah mudahan semua siswa lulus semuanya,”harap Tita.

Wakil kepala sekolah bidang kurikulum Aan Margianto S.Pd menegaskan, bahwa ketika ujian nasional sudah di hapuskan beberapa bulan lalu suprayon itu rapat, akhirnya di pokuskan di rapat tim sekolah kita pakai guru di sekolah masing-masing tidak dari luar sekolah, tidak ada pengawasan dari sekolah lain.

“Dari 49 guru walaupun cuman dua hari dapat bagian mengawasinya nyaris rata, karena ruanganya hanya 22 ruangan sedangkan gurunya ada 49 jadi tetap ada guru yang pada saat itu tidak kebagian jadwal pengawasan,” pungkas Aan.(ade/budi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *