Guru Diminta Tetap Jaga Eksistensi dan Kualitasnya, Begini Pendapat Ketua YPI Alhikmah Cikulur

Caption :Deni Subhani, M, P, Di Ketua YPI Alhikmah Cikulur, Lebak 

JUARAMEDIA,LEBAK- Guna menjaga eksistensi dan meningkatkan kualitas, guru diminta tetap terus belajar atau berguru.

Demikian dikatakan Deni Subhani Ketua YPI Alhikmah Cikulur di YPI nya, Senin (29/5/2023).

Menurut Deni, belajar sepanjang hayat adalah merupakan konsep umum bagi siapa saja. Bahkan sambung Deni dalam agama juga diajarkan bahwa kewajiban menuntut ilmu (belajar) dimulai sejak dari bayi hingga akhir hayat.

” Karena itu konsep tersebut harus berlaku juga bagi guru. Jangan karena sudah menjadi guru harus berhenti juga berguru, menurut saya itu adalah prinsif yang keliru. Terutama bagi orang yang mencintai ilmu” Ujar Iden.

Guru kata Deni merupakan sosok yang harus menjadi panutan dan teladan dalam kehidupan bermasyarakat, baik itu sikap dan prilaku serta ilmu pengetahuannya.

” Kita tahu ada istilah sunda, guru itu untuk di gugu dan tiru. Artinya guru adalah cerminan untuk di tiru atau di contoh , maka jangan coba coba guru memberikan contoh yang tidak baik,” Katanya.

Saat ini kata Deni, dunia pendidika memerlukan revolusi moral dan mental.

” Kondisi pendidikan kita memang benar-benar memilukan hati, di sana-sini, kita sering memerhatikan kondisi yang tak jauh berbeda, sama-sama berjalan stagnan alias jalan di tempat. Sungguh upaya pemerintah akan tersia-siakan jika kita bersikap masa bodoh” Katanya.

Deni juga mencontohkan, ponemina di masyarakat sering terjadi dan masih terdapat oknum guru yang sering berujar dan merasa dirinya paling “guru”.

” Wah saya sibuk, banyak pekerjaan, sya sudah menjadi guru profesional, sudah menjadi Kepala sekolah atau saya sudah naik pangkat. Nah sifat inilah yang tidak mencerminkan etika seorang guru. Karena itu saya menghimbau kepada rekan rekan guru, mari kita tetap menjadi guru Indonesia yang menjunjung moral dan dedikasi tinggi ” Kata Inden.

Deni juga menjelaskan, para pendidik sudah lupa bahwa zaman sudah berubah, anak didik sudah mahir untuk mencari pengetahuan meskipun anak didik tidak berada di sekolah.

” Dan kita tahu bahwa anak didik sudah mahir mendebat gurunya jika mereka menemukan kejanggalan pada saat pembelajaran, dan pada saat seperti itulah, kehormatan dan harga diri guru tentunya dipertaruhkan?” Katanya.

Semestinya kata Deni guru terus membangun dirinya agar selalu gemar belajar, guru sering menasihati anak didik agar belajar sejak ayunan hingga liang lahat, guru sering memberikan pembinaan kepada anak didik agar bersikap disiplin. Namun, mengapa guru justru enggan belajar lagi? mengapa guru sudah merasa puas dengan perolehannya saat ini? Mengapa guru tidak merasa malu kepada anak didik karena tidak bersikap konsisten atas ucapannya?.

” Jika demikian sungguh sikap guru yang tak layak ditiru.” Tandasnya.

Mencari ilmu itu sambung Deni ibarat minum air laut. Tak pernah merasakan puas. Justru pencari ilmu itu digoda dengan ketidaktahuan baru, ilmu itu seakan semakin tersembunyi dan bersembunyi.

” Sehingga pencari ilmu mesti melakukan eksplorasi. Di situlah letak ilmu takkan bertepi,” katanya

Lanjut Deni, pihaknya sepakat bahwa guru sebaiknya dilarang mengajar jika tidak bersedia belajar, guru semestinya bersikap konsisten terhadap ucapannya. Jika guru sering menyuruh anak didik agar membaca buku, tentunya guru harus menjadi pembaca buku yang baik. Jika guru sering menyuruh anak didik agar tekun belajar.

” Seharusnya guru pun menjadi pembelajar antara ucapan dan perbuatan terjadi kesamaan” Katanya.

Zaman kata Deni telah berubah Industri 4.0 diiringi dengan edukasi 4.0 dimana guru yang tidak bisa mengupdate dirinya dengan ilmu dan tekhnologi bisa-bisa digantikan oleh peran media sosial yang lebih digemari oleh kalangan milenial.

” Tentunya saya berharap peran guru sangatlah penting dalam menjaga akhlak dan budi pekerti sehingga istilah adab lebih tinggi dari ilmu itu lebih dijaga agar tidak tergerus oleh perkembangan jaman. Semoga ajakan itu diterima meskipun hanya sedikit yang berkenan menerima. Amin.”pungkasnya (budi)